Tren Apartemen Jabodetabek 2025 – Pasar apartemen di wilayah Jabodetabek mengalami perubahan signifikan. Menurut Arief N Rahardjo, Director Strategic Consulting Cushman and Wakefield Indonesia, pembeli kini lebih menyukai unit yang sudah jadi dan siap huni, meninggalkan tren pembelian unit yang masih dalam tahap konstruksi. Pergeseran ini didorong oleh dominasi end-user, atau pembeli yang membeli apartemen untuk dihuni sendiri, yang mencari hunian praktis dan bisa langsung ditempati.
Baca Juga : Erick Thohir Dorong Sinergi Sepak Bola dan Futsal, Bidik Tuan Rumah Piala Dunia Futsal 2028
Tren Apartemen Jabodetabek 2025 Penjualan Apartemen Jadi Stabil, Proyek Konstruksi Turun
Data dari Cushman and Wakefield menunjukkan bahwa pascapandemi, permintaan apartemen didominasi oleh end-user. Angka penjualan apartemen yang sudah tersedia tetap stabil di level 94,4%. Yang lebih menarik, tingkat okupansi naik menjadi 65,4%, mencetak angka tertinggi dalam lima tahun terakhir. “Ini membuktikan bahwa apartemen kini lebih banyak dihuni langsung oleh pemiliknya,” jelas Arief.
Di sisi lain, tingkat pre-sales (penjualan unit yang masih dalam konstruksi) justru mengalami penurunan, dari 61,9% menjadi 59,1%. Penurunan ini mengindikasikan bahwa pembeli modern ingin melihat, menyentuh, dan langsung menempati unit yang dibeli, alih-alih menunggu proyek selesai. Segmen menengah atas menjadi yang paling diminati, dengan transaksi terpusat di area strategis seperti Tangerang, Bekasi, Jakarta Barat, dan Jakarta Selatan.
Pasokan Baru Bertambah, Harga Apartemen Naik Moderat
Pada kuartal kedua 2025, pasokan apartemen di Jabodetabek bertambah sebanyak 1.112 unit dari tiga proyek baru: Pakuwon Bekasi (Tower Amor), B-Residence Grogol, dan Adriya. Penambahan ini membuat total pasokan apartemen mencapai 396.896 unit, naik 3% dari tahun lalu (year-on-year). Meskipun pasokan baru masuk, tidak ada proyek baru yang diluncurkan pada kuartal ini. Para pengembang cenderung fokus memasarkan stok yang sudah ada, menunjukkan respons terhadap preferensi pembeli.
Meskipun demikian, harga apartemen di Jabodetabek secara keseluruhan mengalami kenaikan moderat sebesar 3,5% year-on-year, dengan rata-rata harga mencapai Rp 50,5 juta per meter persegi. Kenaikan harga tertinggi terjadi di area sekunder, yang melonjak 4,3% menjadi Rp 36,7 juta per meter persegi, melebihi kenaikan di area CBD dan primer. Hal ini menunjukkan bahwa area-area pendukung di pinggir kota juga semakin menarik minat pasar.