Jakarta – Dalam pusaran hubungan romantis, sering kali muncul kekhawatiran ketika pasangan mulai menunjukkan keinginan kuat untuk mandiri atau memiliki hobi yang sepenuhnya berbeda. Reaksi umum ini sering melabeli kemandirian sebagai ‘red flag’ yang mengindikasikan renggangnya ikatan. Namun, para ahli psikologi justru menawarkan perspektif yang berbeda.
Baca Juga : Biaya Haji 2026 Turun Rp 2,8 Juta: Panja DPR Jamin Pelayanan Tetap Maksimal
Psikolog asal Amerika Serikat, Mark Travers, dalam tulisannya di Forbes (Jumat, 31/10/2025), menjelaskan bahwa wajar jika dinamika baru dalam hubungan memicu rasa khawatir tentang stabilitas masa depan. Akan tetapi, Travers mengingatkan bahwa reaksi emosional tersebut seringkali menyebabkan kita mengabaikan aspek-aspek positif dalam situasi yang terlanjur dinilai negatif.
Kemandirian: Red Flag yang Sebenarnya Green Flag
Konsep kemandirian dan kebutuhan akan ruang pribadi dalam hubungan seringkali dianggap sebagai bentuk penolakan atau ketidakpedulian. Travers mengakui bahwa reaksi tersebut—di mana ego kita terpukul karena pasangan tidak sepenuhnya bergantung pada kita—adalah hal yang sangat wajar dan dapat memicu rasa tidak aman.
Namun, penelitian dalam psikologi hubungan, seperti studi berjudul “The Dependency Paradox in Close Relationships: Accepting Dependence Promotes Independence” oleh Feeney, B. C. (2007), menunjukkan paradoks yang menarik: menerima ketergantungan justru mendorong kemandirian yang sehat.
Travers menegaskan bahwa menunjukkan kemandirian dalam hubungan romantis adalah indikator alami dan sehat. Ketika pasanganmu memprioritaskan waktu untuk diri sendiri (me-time) atau sesekali membutuhkan ruang pribadi, hal ini tidak selalu berarti ia menjauh, melainkan ia tengah berupaya untuk tumbuh.
“Ekspresi kemandirian yang positif ini merupakan cara yang baik untuk berkontribusi pada pertumbuhan pribadi di luar hubunganmu,” jelas Mark Travers.
Kunci Utama: Keseimbangan antara Self-Growth dan Kebersamaan
Kemandirian yang sehat menjadi green flag karena memungkinkan kedua belah pihak untuk mengembangkan identitas dan tujuan pribadi. Dengan memiliki ruang sendiri, seseorang dapat mengisi energi, mengejar passion mereka, dan pada akhirnya membawa versi diri yang lebih baik dan utuh kembali ke dalam hubungan.
Namun, kemandirian ini tidak boleh berdiri sendiri. Menurut Travers, penting untuk menyeimbangkan kegiatan pribadi, persahabatan, dan tujuan individual dengan kebutuhan untuk saling bergantung.
Poin-Poin Keseimbangan yang Wajib Diterapkan:
- Pengakuan Kebutuhan: Kedua pasangan harus saling menerima bahwa ada kebutuhan untuk mandiri dan kebutuhan untuk saling bergantung (mutual dependency).
- Pertumbuhan Individu: Memiliki hobi yang berbeda atau kegiatan pribadi harus dilihat sebagai aset untuk pertumbuhan individu (self-growth), bukan sebagai penghalang keintiman.
- Waktu Berkualitas: Meskipun ruang pribadi penting, pasangan juga harus sama-sama menghargai dan memahami kebutuhan satu sama lain akan waktu bersama yang berkualitas (quality time) untuk menjaga ikatan emosional.
Intinya, red flag sejati bukanlah ketika pasangan ingin mengecat dunianya dengan warna berbeda, melainkan ketika salah satu pihak mencoba mengendalikan atau mematikan pertumbuhan individu pasangannya demi alasan “keintiman”. Kemandirian yang didukung adalah fondasi bagi hubungan yang matang dan berkelanjutan.