Beranda » Evaluasi Program Prioritas Kemendikdasmen: Siswa Terbebani TKA, Implementasi Coding dan AI Menghadapi Hambatan

Evaluasi Program Prioritas Kemendikdasmen: Siswa Terbebani TKA, Implementasi Coding dan AI Menghadapi Hambatan

Jakarta – Lembaga riset IndoStrategi merilis hasil penelitian mendalam terkait Evaluasi Program Prioritas Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen). Riset yang dilaksanakan antara 15 Oktober hingga 15 November 2025 ini bertujuan mengukur penerimaan dan tantangan implementasi lima program utama Kemendikdasmen pada tahun pertama masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Baca Juga : Banjir Bandang Padang, Sumatera Barat: Empat Warga Lubuk Minturun Meninggal Dunia Terseret Arus

Visna Vulovik, Managing Director IndoStrategi, menjelaskan bahwa survei ini dilakukan sebagai tindak lanjut atas penilaian publik yang sebelumnya menempatkan Kemendikdasmen sebagai kementerian berkinerja terbaik. “Kami ingin melihat bagaimana persepsi guru, murid, dan orang tua terkait manfaat langsung dari lima program prioritas tersebut, serta bagaimana respons publik di lapangan. Pendidikan adalah fondasi utama untuk mewujudkan Indonesia Emas, sehingga penting memastikan implementasinya tepat sasaran,” ujar Visna dalam konferensi pers di Jakarta Selatan, Senin (24/11/2025).

Metodologi dan Representasi Responden

Ali Noer Zaman, Research Director IndoStrategi, memaparkan bahwa riset ini melibatkan 510 responden yang terdiri dari guru, murid, dan orang tua dari 102 sekolah di jenjang SD, SMP, hingga SMA. Penelitian dilakukan secara merata di 34 provinsi, mencakup perbandingan khusus antara daerah Jawa dan luar Jawa.

“Jumlah responden mungkin tidak besar, tetapi representatif untuk menangkap kesenjangan persepsi dan implementasi. Tujuannya adalah menyampaikan rekomendasi kebijakan berbasis suara akar rumput,” kata Ali.

Berikut adalah hasil evaluasi beberapa program prioritas Kemendikdasmen:

1. Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB)

Program SPMB dinilai sebagai program yang paling stabil dan memiliki tingkat pemahaman publik tertinggi. Penerimaan publik terhadap program ini secara umum positif, khususnya di kalangan guru.

  • Persepsi Guru: Guru adalah kelompok yang paling siap dan setuju bahwa sistem penerimaan baru berhasil menciptakan proses yang lebih adil dan transparan. Mereka merasakan manfaat langsung dari peningkatan transparansi dalam proses teknis penerimaan siswa.
  • Persepsi Murid dan Orang Tua: Murid menilai SPMB membantu mereka memahami alur seleksi dengan lebih jelas. Sementara orang tua menganggap mekanisme ini adil karena berhasil mengurangi isu kecurangan dan tekanan sosial yang kerap terjadi dalam penerimaan sekolah.
  • Catatan: IndoStrategi mencatat bahwa sosialisasi perlu diperkuat, terutama bagi murid di daerah yang merasa proses informasi masih belum merata antarsekolah.

2. Program Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat

Program yang berfokus pada pembentukan karakter ini menjadi program dengan tingkat penerimaan publik tertinggi.

  • Dampak: Guru menilai bahwa pembiasaan positif seperti disiplin, integritas, tanggung jawab, dan kerja sama memberikan dampak langsung yang positif terhadap budaya dan suasana sekolah secara keseluruhan.

3. Deep Learning dan Tantangan Keterampilan Abad 21

Program Deep Learning—yang kemungkinan besar mencakup kurikulum yang terkait dengan keterampilan teknologi baru seperti coding dan Artificial Intelligence (AI)—justru menjadi program yang menghadapi tantangan implementasi terbesar.

  • Persepsi Guru: Guru menunjukkan antusiasme yang sangat tinggi terhadap Deep Learning karena dianggap mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
  • Persepsi Murid dan Hambatan: Di sisi murid, program ini menimbulkan beban. Salah satu materi yang terberat adalah Tes Kemampuan Akademik (TKA). Murid merasa terbebani oleh TKA, dan implementasi pelajaran coding serta AI di lapangan juga menemui banyak hambatan serius, yang mengindikasikan kurangnya kesiapan infrastruktur dan sumber daya.

Temuan ini menyarankan perlunya penyesuaian strategi implementasi, khususnya pada program yang membutuhkan dukungan infrastruktur teknologi dan kualifikasi guru yang tinggi, agar manfaat Deep Learning dan keterampilan Abad ke-21 dapat dirasakan tanpa menimbulkan tekanan berlebihan pada siswa.

madebekel

Kembali ke atas