Beranda » China Bantah Keras Suplai Senjata ke Kamboja di Tengah Konflik dengan Thailand

China Bantah Keras Suplai Senjata ke Kamboja di Tengah Konflik dengan Thailand

China bantah suplai senjata – Pemerintah China membantah tegas tudingan yang menyebut mereka memasok senjata atau memberikan bantuan militer baru kepada Kamboja di tengah memanasnya konflik dengan Thailand. Penegasan ini disampaikan langsung dalam pertemuan antara perwakilan militer Thailand dan pejabat tinggi Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China di Beijing pada Kamis (24/7/2025).

Baca Juga : Drama Relokasi PNS ke IKN: Antara Janji Juli 2024 dan Menanti Era Prabowo

Kolonel Senior Sheng Wei, Wakil Direktur Divisi Asia di Kantor Kerja Sama Militer Internasional (OIMC) PLA, menegaskan bahwa China tidak pernah memberikan perlengkapan militer apa pun kepada Kamboja untuk digunakan melawan Thailand sejak ketegangan perbatasan dimulai.

China bantah suplai senjata

“Semua perlengkapan militer buatan China yang saat ini dimiliki Kamboja adalah hasil dari proyek kerja sama historis. Tolong jangan percaya pada berita palsu yang disebarkan oleh pihak-pihak jahat,” ujar Kolonel Sheng Wei, seperti dikutip dari The Straits Times.

Pernyataan ini muncul setelah Kolonel Siwat Rattan-anant, Atase Pertahanan Kedutaan Besar Thailand di Beijing, mengadakan pertemuan darurat dengan OIMC China untuk membahas eskalasi konflik.

Laporan Thailand dan Permintaan Klarifikasi Publik

Dalam pertemuan tersebut, pihak Thailand menyerahkan laporan berjudul “A Clash Incident on the Thailand-Cambodia Border”. Laporan ini merinci eskalasi konflik yang telah menewaskan sedikitnya 33 orang dan menyebabkan ratusan ribu warga mengungsi dari daerah perbatasan.

Kolonel Sheng Wei juga meminta agar klarifikasi resmi dari pihak China ini disampaikan ke publik Thailand. Tujuannya adalah untuk menjaga stabilitas dan rasa saling percaya di kawasan yang kini tengah dilanda ketegangan.

Saling Tuduh Antara Thailand dan Kamboja

Konflik bersenjata antara Thailand dan Kamboja sendiri meletus pada Kamis (24/7/2025). Kedua negara saling melancarkan serangan udara di sepanjang bagian-bagian yang disengketakan dari perbatasan sepanjang 817 kilometer.

Militer Thailand menuding pasukan Kamboja sebagai pemicu dengan menggunakan artileri berat dan peluncur roket buatan Rusia jenis BM-21. Hal ini, menurut Thailand, memaksa mereka membalas dengan “tembakan pendukung yang sesuai.” Salah satu bentrokan besar dilaporkan terjadi di dekat kuil kuno Ta Muen Thom, sebuah lokasi yang diklaim oleh kedua negara.

Dalam sidang darurat di PBB, Duta Besar Thailand untuk PBB, Cherdchai Chaivaivid, menyebut tindakan militer Kamboja sebagai “agresi terang-terangan” dan pelanggaran serius terhadap hukum internasional. “Thailand mengutuk keras serangan tanpa pandang bulu Kamboja terhadap warga sipil dan fasilitas publik, terutama rumah sakit. Ini jelas melanggar Konvensi Jenewa 1949,” tegasnya.

Bantahan Kamboja dan Seruan Gencatan Senjata

Menanggapi tudingan Thailand, Kamboja membantah keras sebagai pihak yang memicu konflik. Dalam pernyataan kepada media, Duta Besar Kamboja untuk PBB, Chhea Keo, menegaskan bahwa negaranya tidak memiliki kapasitas militer untuk memulai serangan terhadap Thailand.

“Bagaimana mungkin negara kecil tanpa angkatan udara menyerang negara besar yang memiliki kekuatan militer tiga kali lipat lebih besar?” kata Chhea Keo, menyerukan gencatan senjata dan penyelesaian konflik melalui jalur diplomatik.

Konflik yang berlarut-larut antara kedua negara ini menjadi perhatian serius bagi stabilitas regional Asia Tenggara. Bagaimana menurut Anda, peran apa yang bisa diambil oleh negara-negara ASEAN lainnya untuk meredakan ketegangan ini?

madebekel

Kembali ke atas