Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka kembali melemah tipis pada perdagangan pagi Rabu (3/12/2025). Kondisi ini bertolak belakang dengan tren mayoritas mata uang utama di Asia yang justru menunjukkan penguatan terhadap dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 09.38 WIB, mata uang Garuda berada di level Rp 16.628 per dolar AS. Angka ini menunjukkan pelemahan sebesar 0,02 persen dibandingkan posisi penutupan sehari sebelumnya di Rp 16.625 per dolar AS.
Pergerakan Mata Uang Regional
Pelemahan rupiah pagi ini terjadi di tengah dominasi penguatan mata uang regional, menandakan bahwa sentimen pelemahan lebih bersifat spesifik atau tekanan pasar domestik.
| Mata Uang | Perubahan Terhadap Dolar AS |
| Yuan China | Menguat 0,07% |
| Ringgit Malaysia | Menguat 0,05% |
| Dolar Singapura | Menguat 0,05% |
| Dolar Hong Kong | Menguat 0,03% |
| Peso Filipina | Melemah 0,27% (Pelemahan Terbesar) |
| Won Korea | Melemah 0,12% |
| Dolar Taiwan | Melemah 0,03% |
Peso Filipina tercatat menjadi mata uang regional yang mengalami koreksi terdalam, diikuti oleh won Korea. Namun, mayoritas mata uang Asia Timur dan Tenggara menunjukkan kinerja positif.
Kondisi Pasar Modal: IHSG Menguat
Berbanding terbalik dengan mata uang, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat pada awal perdagangan Rabu, menandakan optimisme di pasar modal domestik.
Pada pukul 09.12 WIB, IHSG tercatat berada di level 8.636,28, naik sebesar 19,23 poin atau 0,22 persen dibandingkan penutupan hari sebelumnya. Mengutip data RTI, indeks bergerak cukup dinamis sejak dibuka di posisi 8.655,01. IHSG sempat mencapai level tertinggi hari ini di 8.669,18, sebelum mengalami koreksi tipis.
Aktivitas Perdagangan:
- Volume Transaksi: 4,38 miliar saham
- Nilai Transaksi: Sekitar Rp 2,54 triliun
- Frekuensi Perdagangan: 338.473 kali
- Komposisi Saham: 265 saham menguat, 246 saham melemah, dan 194 saham stagnan.
Meskipun rupiah sedikit tertekan, penguatan IHSG menunjukkan adanya sentimen positif dari investor, yang mungkin didorong oleh faktor fundamental korporasi atau ekspektasi pasar terhadap kebijakan ekonomi domestik.