Dampak Emosional Beda Usia – Kisah asmara selebriti seperti Olla Ramlan, Luna Maya, dan Shenina Cinnamon yang memilih menjalin hubungan dengan pria lebih muda kerap menjadi sorotan publik. Fenomena ini memunculkan pertanyaan menarik: apakah perbedaan usia, terutama ketika perempuan lebih tua, dapat memengaruhi kestabilan emosi dalam sebuah hubungan?
Baca Juga : Bau Badan Muncul Meski Sudah Mandi? Ini Kata Ahli tentang Penyebabnya
Dampak Emosional Beda Usia Perbedaan Usia dan Kematangan Emosional
Psikolog klinis sekaligus pendiri Cup of Stories, Fitri Jayanthi, M.Psi., menyampaikan hal ini kepada Kompas.com pada Rabu (2/7/2025). Ia mengatakan bahwa perbedaan usia memang bisa memengaruhi kestabilan emosi. Hal ini sering terjadi dalam dinamika hubungan pasangan dengan rentang usia yang cukup jauh.
Fitri menjelaskan bahwa pria yang lebih muda mungkin memiliki tingkat kematangan pikiran dan emosional yang belum sebanding dengan pasangannya yang lebih tua. Namun, penting digarisbawahi bahwa kematangan emosional tidak selalu linier dengan usia. Ini berarti, meskipun usia bisa menjadi faktor, ada juga pria muda yang sangat dewasa secara emosional, dan sebaliknya. Hal yang sama juga berlaku untuk perempuan yang lebih tua; tingkat kematangan emosional mereka bervariasi.
“Setiap orang, termasuk perempuan yang lebih tua dan pria yang lebih muda, memiliki kemampuan pengelolaan emosional yang berbeda-beda,” tambah Fitri. Perbedaan ini pada akhirnya akan memengaruhi cara pasangan menghadapi konflik atau menyelesaikan masalah. Tantangan bisa muncul lebih besar jika terdapat perbedaan tingkat kematangan yang signifikan.
Kunci Hubungan Sehat: Pengelolaan Emosi Bersama
Dalam hubungan dengan perbedaan usia, terutama ketika perempuan lebih tua, kunci utama adalah kemampuan kedua belah pihak untuk secara proaktif meningkatkan pengelolaan emosi diri. Ini bukan hanya tanggung jawab satu pihak, melainkan sebuah upaya bersama.
Beberapa strategi yang bisa diterapkan untuk mencapai pengelolaan emosi yang lebih baik, menurut Fitri, antara lain:
Memberi jeda: Alih-alih langsung bereaksi saat emosi memuncak, coba diam sejenak untuk menenangkan diri dan berpikir lebih jernih.
Gunakan perspektif negatif sebagai kesempatan untuk melakukan refleksi diri dan memahami emosi yang sedang dirasakan secara lebih dalam.
Salurkan emosi secara positif: Lakukan aktivitas yang konstruktif, seperti berolahraga, menulis jurnal, atau menekuni hobi, untuk menyalurkan emosi yang intens.
Teknik pernapasan: Langkah sederhana seperti mengatur napas—menarik napas sedalam mungkin dan membuangnya perlahan—dapat sangat membantu menenangkan diri saat emosi sedang tinggi.
“Sehingga kita bisa mencapai hubungan yang lebih sehat. Fitri menjelaskan bahwa jika kita tidak meningkatkan kemampuan mengelola emosi, kita bisa terus terjebak dalam siklus yang sama dan menjadikan hubungan tidak sehat.
Pada akhirnya, perbedaan usia hanyalah salah satu faktor dalam dinamika hubungan. Yang lebih krusial adalah komitmen bersama untuk memahami, menghargai, dan mengelola emosi masing-masing demi terciptanya hubungan yang stabil, harmonis, dan berkelanjutan.