Beranda » Optimisme Indonesia di Panggung Global: Peluang Investasi di Belt and Road Summit Hong Kong

Optimisme Indonesia di Panggung Global: Peluang Investasi di Belt and Road Summit Hong Kong

Hong Kong — Indonesia kembali menegaskan posisinya sebagai destinasi investasi yang menarik dan stabil di tengah gejolak ekonomi global. Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan dan Pengembangan Usaha BUMN Kemenko Perekonomian, Ferry Irawan, menyatakan keyakinannya dalam acara Belt and Road Summit ke-10 di Hong Kong Convention and Exhibition Centre pada Kamis (11/9/2025).

Baca Juga : Sri Mulyani Lengser dari Menteri Keuangan, Sosok Suami Setianya Turut Jadi Sorotan

“Indonesia tetap optimistis meskipun menghadapi berbagai tantangan. Gejolak ekonomi global dipengaruhi faktor eksternal, tetapi kekuatan domestik kita solid,” ujar Ferry. Ia menyoroti fondasi ekonomi Indonesia yang kuat, ditopang oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang mencapai sekitar 5% dan kontribusi investasi yang stabil, menyumbang lebih dari 80% Produk Domestik Bruto (PDB) dalam dua dekade terakhir. Sektor manufaktur juga menunjukkan aktivitas positif dengan angka Purchasing Managers’ Index (PMI) di level 51,5.

Proyek Strategis dan Target Ambisius
Hingga semester pertama, Indonesia telah mencatat masuknya investasi sebesar $56 juta AS atau sekitar Rp924 miliar, mencapai sekitar 30% dari target tahunan yang ditetapkan sebesar $150 juta AS. Untuk periode 2025–2026, pemerintah menargetkan pertumbuhan yang lebih tinggi, khususnya di sektor industri, jasa, pertanian, dan konstruksi, dengan fokus utama pada realisasi industri hijau dan percepatan investasi.

Target investasi pada 2026 dipatok sebesar $455,24 juta AS atau sekitar Rp7,51 triliun. Saat ini, terdapat 428 proyek dan 16 program strategis nasional dengan total nilai Rp394 triliun. Enam proyek di antaranya didukung oleh mitra dari Tiongkok dengan nilai total $14 juta AS (sekitar Rp231 miliar), meliputi sektor industri, vegetasi, dan manufaktur.

Salah satu contoh kerja sama industri yang sukses adalah kolaborasi dengan empat perusahaan Tiongkok senilai total $3,55 juta AS (sekitar Rp58,6 miliar). Salah satu perusahaan tersebut, yang telah beroperasi sejak 2021, berhasil memproduksi 11.696 unit motor hingga Juli, dengan target pertumbuhan produksi 10% dalam 20 tahun.

IKN dan KCJB sebagai Proyek Unggulan
Dalam paparannya, Ferry juga menyoroti proyek-proyek strategis nasional yang menjadi daya tarik utama bagi investor. Proyek Ibu Kota Nusantara (IKN), misalnya, memiliki nilai awal $28,4 juta AS (sekitar Rp468,6 miliar) dan ditargetkan akan terus berkembang hingga 2045.

Selain itu, proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh juga menjadi sorotan. Dengan investasi sebesar $7,6 miliar AS (sekitar Rp125,4 triliun), proyek ini telah menyerap 90% tenaga kerja lokal dan melayani lebih dari 11 juta penumpang. KCJB diperkirakan akan menyumbang 0,6% terhadap PDB Jakarta dan Jawa Barat.

Ferry menekankan, “Proyek-proyek strategis ini memperkuat infrastruktur, membuka lapangan kerja, mendorong pertumbuhan regional, dan memungkinkan alih teknologi.”

Indonesia, melalui kerja sama dalam Belt and Road Initiative, terus membuka pintu lebar bagi investasi global, terutama dari Hong Kong dan Tiongkok, khususnya di sektor teknologi dan infrastruktur digital. Kerja sama lintas negara ini dianggap sebagai peluang emas untuk mempererat hubungan, memperkuat aktivitas ekonomi, dan mendorong pembangunan yang lebih inklusif.

madebekel

Kembali ke atas